Jum'at, 29 Maret 2024
Menguak Misteri Lailatul Qadar | Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan
 
OPINI

Azrizal Nasri, S.I.Kom
Menguji Konsistensi Partai Islam dalam Pilpres 2014

PEMILIHAN umum  legislatif tahun 2014 sudah dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014 yang lalu. Beberapa lembaga survei juga telah mengumumkan hasil quick count (penghitungan cepat).

Ada tiga partai yang masuk sebagai Sang Juara sebagaimana qiuck count versi LSI yaitu PDIP (19,68), Partai Golkar (14,63) dan Partai Gerindra (11,88). Walaupun hasilnya belum diumumkan resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Partai sang juara tersebut sudah memiliki pigur dalam mengusung calon presiden pada Pilpres mendatang. Berdasarkan UU No. 42 tahun 2008 Pasal 8 (Calon Presiden dan calon Wakil Presiden diusulkan dalam 1 (satu) pasangan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik) dan Pasal 9 (Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlahkursi DPR atau memperoleh 25% dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden).

Melihat hasil perolehan suara berdasarkan hasil hitung cepat dan berdasarkan undang-undang tersebut di atas,  tidak ada partai yang memenuhi syarat untuk mengajukan calon presiden dan wakil presiden.

Mengingat Pemilihan presiden dan wakil presiden untuk periode 2014-2019 akan dilaksanakan pada 9 Juli 2014. Untuk memperoleh satu nomor undian dalam menghadapi kompetisi tersebut, setiap partai politik yang dinyatakan lolos parliementary treshold 3,5 % dalam hitungan cepat sejumlah lembaga survei harus dengan segera melakukan koalisi dengan sejumlah partai lainnya untuk memenuhi syarat dalam mengajukan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden.

Sejumlah media massa hampir setiap hari manayangkan bagaimana gencarnya setiap pimpinan partai politik dan bakal calon presiden melakukan blusukan politik untuk memperoleh dukungan dari partai politik lainnya bahkan juga ada bakal calon presiden yang sudah melakukan pendekatan dengan ormas-ormas Islam yang mempunyai basis besar.

Di sinilah menariknya, akankah mereka konsisten dengan pendirian saat kampanye atau luluh oleh kepentingan?

Kita yang di akar rumput patut waspada dengan gejala-gejala transaksional di tingkat atas. Meski mereka sudah berbusa-busa menghujat kebijakan partai lain akan dengan santainya menyatakan koalisi. Tak peduli pernyataan pedas yang sudah dikeluarkan, atas nama "kepentingan bangsa", mudah sekali mereka saling bermaafan. Sayangnya, meski sejarah berulang kali menyajikan drama elit parpol yang doyan menjilat ludah sendiri, kita mudah sekali terbawa arus.

Dengan semangat membara kita ikut serta mencaci mereka yang berseberangan politik. Bukan sekedar mencaci, tak jarang adu fisik diatara masyarakat dilakukan demi membela partai. Akar rumput yang berdarah-darah membela paham saat kampanye harus rela ikut menjilat ludah sendiri jika partai yang dibela menyatakan koalisi dengan yang lain. Susah memang menerima kenyataan tersebut namun apalah daya bagi kita yang hanya dihitung berdasarkan kertas suara.

Menanti Konsistensi Pemimpin Partai Islam
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 ini adalah momentum yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia nantinya.

Momentum ini merupakan momentum pergantian tampuk pimpinan di Bangsa memasuki presiden yang pilih rakyat sejak tahun 2004 yang lalu. Setiap eleman masyarakat, mulai dari komponen yang terkecil keluarga menginginkan pemimpin Indonesia kedepan adalah pemimpin yang mampu membawa bangsa Indonesia kearah yang lebih baik.

Kita sudah melihat hasil pemilu legislatif yang dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014 yang lalu yang yang dirilis oleh sejumlah lembaga yang melakukan penghitungan cepat. Ada istilah disebut sebagai partai atas dan partai menengah.

Partai atas adalah partai yang disebut sebagai partai sang juara yang memperoleh tiga besar sejumlah lembaga yang melakukan hitung cepat merilis hasilnya yaitu PDIP, Partai Golkar dan Partai Gerindra. Disini lain ada disebut dengan partai menengah yaitu partai yang berada dibawah partai tiga besar tersebut diatas Partai NasDem , PKB , PKS , Partai Demokrat , PAN , PPP dan Hanura. Partai atas sudah gencar melakukan konsolidasi untuk memperoleh tiket menuju istana nantinya.

Disamping itu partai menengah tidak kalah saing, mereka bahkan lebih lebih gencar lagi dari pada partai atas melakukan koalisi untuk memperoleh satu tiket yang sama.

Dalam istilah diatas ada partai yang disebut sebagai partai menengah. Dalam beberapa partai menengah tersebut ada beberapa partai yang disebut sebagai partai Islam atau partai yang berbasis massa Islam yaitu PKB (9,03), PKS (6,61), PAN (7,45), PPP (7,00) dan PBB (1,39) jika gabungkan menjadi 31,48%. Angka ini sudah memenuhi syarat undang-undang untuk mengajukan presiden dan wakil presiden.

Jika terjadi tidak bisa dipandang sebelah mata. Andai saja mereka berkomitmen dan konsisten berdasarkan ideologi partai masing-masing mereka bisa bersatu dan akan mendapatkan satu tiket menuju istana.

Sebelum kita berbicara masalah kekonsistensian para elit partai dimasing-masing partai Islam atau partai berbasiskan Islam sejarang ini, kita harus mendorong mereka untuk segera membentuk sebuah wadah. Kita lihat sejarah, pada tahun pemilu 1999 yang berhasil mengantarkan KH. Abdurrahman Wahid sebagai Presiden pada waktu itu.

Alhasil, walapun periode kepemimpinan KH. Abdurrahman Wahid tidak sampai pada akhir jabatan. Hal ini sebagai pembuktian sejarah tempat berkumpulnya para politis muslim dan mereka komitmen dalam koalisi poros tengah tersebut mengusung calon yang sudah disepakati. 
Dengan kondisi bangsa yang carut marut seperti sekarang ini, sudah saatnya nilai-nilai keIslaman harus ditanamkan dalam mengambil keputusan bagi setiap pimpinan partai politik yang berbasiskan Islam. Kita berharap dengan langkah-langkah yang diwacanakan oleh beberapa pimpinan partai Islam tingkat nasional ingin menggalang lagi kekuatan poros tengah sebagai langkah alternatif untuk mengusung calon presiden nantinya bisa menjawab kagalauan masyarakat dalam memilih pemimpin nantinya. Namun, dalam pikiran saya akan sulit terjadinya koalisi poros Islam menghadapi pilpres mendatang, sebab baik partai Islam maupun nasionalis sama bermanuver politik demi kepentingan diri sendiri.

Kalau dilihat dari suara yang diperoleh suara partai Islam tidak begitu terpuruk pada pemilu ini. Kita sebagai rakyat menunggu bukti dari para elit-elit pimpinan partai politik untuk mengusung calon alternatif dari partai Islam atau partai yang berbasiskan Islam (*)

Penulis adalah Ketua DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadyah Riau yang juga Alumni UIN Suska Riau Jurusan Ilmu Komunikasi.
 
 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved