Menteri Israel Ajak Ribuan Yahudi Ibadah di Al Aqsa
Rabu, 14 Agustus 2024 - 15:42:00 WIB
Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, pimpin ribuan umat Yahudi menerobos kompleks Masjid Al Aqsa dan menggelar ritual Talmud yang dilarang. (Foto: AFP)
SULUHRIAU- Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, memimpin ribuan umat Yahudi memasuki kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur, Tepi Barat, Palestina, untuk menggelar ritual Talmud.
Ben Gvir bahkan menegaskan Israel akan memastikan bahwa orang Yahudi bisa beribadah di kompleks Al Aqsa yang dianggap mereka sebagai situs suci Temple Mount atau Bukit Bait Suci.
"Kebijakan kami adalah untuk mengizinkan beribadah," kata Ben Gvir.
Pernyataan Ben Gvir tersebut bertentangan keras dengan status quo selama ini di Al Aqsa. Berdasarkan kesepakatan puluhan tahun lalu, kompleks Masjid Al Aqsa berada di bawah pengawasan Badan Wakaf Kerajaan Yordania, sementara keamanan di Yerusalem dikontrol Israel.
Berdasarkan keputusan itu pula, Israel sepakat bahwa umat Yahudi hanya bisa mengunjungi tetapi dilarang beribadah di kompleks Al Aqsa.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga membantah ada perubahan terkait kesepakatan itu, termasuk menepis pernyataan Ben Gvir, menterinya sendiri, soal ini.
"Tidak ada kebijakan pribadi dari menteri mana pun di Temple Mount - baik Menteri Keamanan Nasional maupun menteri lainnya," kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters pada Selasa (13/8/2024).
Amerika Serikat, sekutu Israel, bahkan mengecam kunjungan Ben Gvir dan pernyataannya ini.
"Ini menunjukkan pengabaian terang-terangan terhadap status quo bersejarah sehubungan dengan tempat-tempat suci di Yerusalem," ucap Menlu AS Anthony Blinken.
"Tindakan provokatif ini hanya memperburuk ketegangan di saat yang krusial ketika semua fokus seharusnya tertuju pada upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata (di Gaza) dan mengamankan pembebasan semua sandera serta menciptakan kondisi untuk stabilitas regional yang lebih luas," kata Blinken.
Blinken bahkan menyerukan kepada pemerintah Israel untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang.
Kepala partai Yahudi Israel, United Torah Judaism, Moshe Gafni, bahkan turut mengkritik keras kunjungan dan pernyataan Ben Gvir di Al Aqsa.
"Kerusakan yang ditimbulkannya pada orang-orang Yahudi tidak tertahankan, dan itu juga menyebabkan kebencian yang tidak berdasar pada hari peringatan Talmud (penghancuran Bait Suci)," katanya dalam sebuah pernyataan.
Ribuan aktivis Israel menyerbu halaman Masjid Al Aqsa di Yerusalem, Tepi Barat, Palestina, untuk menggelar ritual umat Yahudi, Talmud, pada Selasa (13/8/2024).
Rekaman video ritual Talmud ini bahkan diunggah langsung oleh akun X pemerintah Israel dan dikawal oleh puluhan aparat Negeri Zionis.
Video yang telah diverifikasi lembaga investigatif Al Jazeera, Sanad, memperlihatkan kerumunan ratusan warga Yahudi Israel berbaris menuju kompleks Masjid Al Aqsa sambil meneriakkan yel-yel. Pawai itu turut dikawal aparat keamanan Israel.
Pawai tersebut digelar bertepatan dengan perayaan hari suci Yahudi Tisha B'Av untuk memperingati penghancuran kuil-kuil lama.
Padahal menurut aturannya, Al-Aqsa berada di bawah aturan Yayasan Keagamaan Yordania, Waqf. Di mana orang Yahudi hanya diizinkan berkunjung tetapi tak bisa berdoa di sana.
Mengutip BBC International, Waqf mengatakan lebih dari 2.000 warga Israel telah memasuki kompleks tersebut. Lembaga itu mengimbau umat Islam di seluruh dunia untuk membantu mempertahankan status quo.
Tindakan Ben-Gvir ini menimbulkan reaksi keras dari sejumlah pihak. Bukan hanya Palestina dan negara Arab, tapi juga Amerika Serikat (AS), Eropa hingga China.
Palestina
Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut tindakan Ben-Gvir merupakan aksi provokasi. Ini merupakan eskalasi berbahaya yang dilakukan Israel.
"Kementerian akan melanjutkan upaya politiknya untuk mengatasi provokasi ini di berbagai tingkatan, dengan memperingatkan konsekuensi seriusnya pada arena konflik dan wilayah secara keseluruhan," kata sebuah pernyataan.
Arab
Negara-negara Arab juga memberikan kecaman ke Israel. Kementerian Luar Negeri Yordania mengatakan insiden tersebut mencerminkan bahwa pemerintah Israel memang mengabaikan hukum internasional.
"Masjid Al-Aqsa adalah tempat ibadah Muslim murni," katanya dimuat Anadolu Agency.
"Menyerukan tindakan internasional yang tegas untuk mengutuk pelanggaran dan pelanggaran ini, dan memberikan perlindungan yang diperlukan bagi rakyat Palestina mengingat agresi berkelanjutan pemerintah Israel terhadap Jalur Gaza dan Tepi Barat," tambahnya.
Hal sama juga dikatakan Mesir dan Arab Saudi. Keduanya mengatakan insiden tersebut melanggar hukum internasional, seraya menambahkan bahwa Ben-Gvir berusaha menggagalkan upaya untuk "kesepakatan gencatan senjata Gaza".
"Tindakan yang tidak bertanggung jawab dan provokatif ini merupakan pelanggaran hukum internasional dan status quo historis dan hukum di Yerusalem, yang mengharuskan upaya untuk segera menghentikan tindakan ini dan berkomitmen untuk mempertahankan status quo hukum (di Al-Aqsa)," kata Mesir.
"Meminta dunia untuk bertanggung jawab menghentikan pelanggaran berkelanjutan Israel terhadap hukum internasional dan resolusi PBB yang relevan," ujar Arab Saudi.
Kementerian Luar Negeri Qatar mengutuk keras Ben-Gvir seraya mengatakan tindakan berulang kali tersebut bisa
merusak status keagamaan dan sejarah Masjid Al-Aqsa. Ini bukan hanya serangan ke warga Palestina tetapi juga terhadap jutaan Muslim di seluruh dunia.
Semntara itu, dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kunjungan Ben-Gvir menunjukkan pengabaian terang-terangan terhadap status quo tempat-tempat suci di Yerusalem. Ia juga mengatakan tindakan itu memperburuk ketegangan yang terjadi.
"Kantor Perdana Menteri Netanyahu telah menjelaskan bahwa tindakan Menteri Ben Gvir tidak sejalan dengan kebijakan Israel. Kami akan meminta pemerintah Israel untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang," kata Blinken lagi dikutip AFP.
"Tindakan provokatif ini hanya memperburuk ketegangan di saat yang krusial ketika semua fokus seharusnya tertuju pada upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan mengamankan pembebasan semua sandera serta menciptakan kondisi untuk stabilitas regional yang lebih luas," jelasnya.
Pernyataannya muncul beberapa hari setelah Gedung Putih menggunakan bahasa yang keras untuk memanggil anggota sayap kanan lain dari kabinet Netanyahu, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich. Smotrich mengkritik dorongan Presiden AS Joe Biden untuk gencatan senjata Gaza.
"UE mengutuk keras provokasi oleh Menteri Israel Ben Gvir yang, selama kunjungannya ke Tempat Suci, menganjurkan pelanggaran status quo," tulis kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell di X.
Borrell dalam beberapa hari terakhir memang kerap berkomentar keras ke Ben Gvir. Ia bahkan mengatakan bahwa UE harus mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi kepada mereka.
Seorang pejabat UE mengatakan bahwa Presiden Dewan Eropa Charles Michel juga telah mengadakan pembicaraan telepon dengan Presiden Iran dan Perdana Menteri (PM) Israel sejak akhir pekan untuk mendesak kedua belah pihak untuk "menahan diri".
PBB
Juru bicara PBB Farhan Haq menyebut insiden itu tidak membantu dan sangat provokatif". PBB mengatakan "menentang segala upaya untuk mengubah status quo di tempat-tempat suci". (CNNIndonesia.com, CNBC Indonesia.com)