Sabtu, 27 April 2024
Pelaku Pembunuhan Wanita Tanpa Busana di Kampar Ditangkap, Ini Motifnya | 1.500 CJH Riau Ikuti Launching Senam Haji dan Launching Batik Haji | Sambut Tokoh-tokoh Kampar di Pekanbaru, Pj Bupati Dukung Bagholek Godang Masyarakat Kampar | Polsek Tambang Tangkap Pelaku Narkoba di Depan SPBU Rimbo Panjang | Mantan Bupati Inhil Indra Muchlis Adnan Meninggal Dunia, Pj Gubri Sampaikan Ucapan Duka | Kapolda Riau M Iqbal: Jangan Ada Lagi Diksi Kampung Narkoba di Pekanbaru, Sikat Habis!
 
Sosial Budaya
Sambut Ramadhan, Togak Tonggol Tradisi Masyarakat Melayu Riau yang Dikemas saat Potang Mogang

Sosial Budaya - - Senin, 11/03/2024 - 22:41:02 WIB

SULUHRIAU, Pekanbaru- Banyak tradisi masyarakat Melayu Riau dalam menyambut datangnya bulan puasa Ramadhan.

Satu diantaranya peristiwa adat yang bersanding dengan aktivitas masyarakat dalam menyambut bulan Ramadhan, yaitu Togak Tonggol.
Pelaksanaan Togak Tonggol ini bersamaan Balimau Potang Mogang.

Tonggol adalah marwah suku yang tidak boleh diperlakukan sembarangan atau ditegakkan setiap saat tanpa sebuah upacara adat dan persetujuan suku.

Tegaknya tonggol juga menjadi penanda bahwa anak-kemanakan yang berada dalam lindungan pemuka adat berada dalam hubungan yang harmoni. Tradisi ini sendiri dilakukan bagi masyarakat Melayu Pelalawan, Riau.

"Tradisi masyarakat Melayu Riau itu dalam menyambut bulan puasa itu ada bermacam-macam. Seperti Balimau Kasai (Kampar), Balimau Potang Mogang, Balimau Sultan (Pelalawan), Petang Balimau (Pekanbaru) dan lainnya. Itu penyebutannya saja yang berbeda, namun tujuannya sama membersihkan diri sebelum puasa," terang Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Riau, Raja Yoserizal Zen, Senin (11/3/2024).

Yoserizal mengatakan, biasanya tradisi tersebut disertai dengan antraksi. Seperti di Batu Belah Kampar ada arak-arakan perahu hias. Di Pekanbaru juga ada tradisi lepas bebek. Kemudian di Pelalawan juga ada disertai Togak Tonggol.

Khusus untuk Togak Tonggol, Raja Yose menyebut, tradisi ini merupakan tradisi penting dalam pebatinan Petalangan Kurang Pso Tigo Puluah Kabupaten Pelalawan.

Keberadaannya merepresentasikan kehidupan dan keberadaan orang Petalangan dengan sistem adat yang dipertahankan sebagai pedoman kehidupan sehari-hari.

"Hal ini selaras dengan dinamika kebudayaan, betapa pun nilai-nilai asas perlu dipertahankan namun aplikasinya harus menyesuaikan kondisi lingkungan yang terus berubah," sebutnya.

Lebih lanjut Raja Yose menjelaskan, Tonggol adalah sebutan untuk alat kebesaran adat di Langgam, di wilayah Petalangan yang berada di bawah naungan Datuk Rajo Bilang Bungsu.

"Bentuknya seperti bendera dengan warna-warna tertentu. Tonggol dimiliki oleh perangkat adat yaitu batin, penghulu, dan ketiapan (pembantu batin).

Tonggol diwariskan secara turun temurun dan menjadi alat kebesaran. Setiap tonggol disimpan di rumah suku dari pejabat adat yang menjabat atau disebut dengan rumah soko," terangnya.

Warna-warna pada Tonggol memiliki makna-makna yaitu hitam melambangkan adat, putih melambangkan alim ulama, kuning melambangkan raja, merah melambangkan hulubalang, dan hijau melambangkan rakyat.

"Jadi tradisi Togak Tonggol juga sudah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Pemerintah melalui Kemendikbudristek pada tahun 2020," sebutnya.

Raja Yose menyebut, dalam perayaan Togak Tonggol bersamaan dengan Balimau Potang Mogang, ketika ada togak masyarakat adat yang tidak naik, maka dipercaya ada masalah di masyarakat adat tersebut.

"Biasanya ada dendanya tergantung berat tidaknya, kalau berat itu dendanya bisa potong kerbau atau kambing," pungkasnya. (mcr)





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved