Sabtu, 21 September 2024 Pj Gubri Terima Audiensi Investor dari Enam Negara, Ajak Berinvestasi di Bumi Lancang Kuning | Pj Gubernur Riau Audiensi Tim Kementerian dan Lembaga Kemenko Marves RI | Pj Gubri Perbaiki Sejumlah Ruas Jalan di Pekanbaru, Pj Wako dan Tokoh Masyarakat Ucapkan Terima Kasih | Pj Gubernur Riau Tinjau Empat Ruas Jalan di Kota Pekanbaru | Pj Gubernur Riau Serahkan SK kepada 173 PPPK Guru di Rohil | Dua Alumni SMA Olahraga Riau Atlet Ski Air Sabet 1 Emas dan 1 Perak di PON 2024
 
 
☰ Kesehatan
Inilah Alasan Mengapa Banyak Orang Masih Percaya Hoax COVID-19
Minggu, 04 Juli 2021 - 10:36:52 WIB
Reuters: Ajeng Dinar Ulfiana

SULUHRIAU- Dua minggu yang lalu, Gusman Suherman kehilangan ayahnya yang tertular COVID-19.

Komedian yang tinggal di Bandung, Jawa Barat tersebut mengatakan ayahnya termakan oleh hoaks.

"Almarhum bapak kemakan hoaks yang katanya kalau ke rumah sakit akan di-Covid-kan," kata Gusman.

"Efeknya ketika sakit, beliau enggak mau dibawa ke rumah sakit padahal kondisinya sudah lumayan buruk," kata Gusman yang juga 'podcaster' untuk 'Belagu Podcast'.

Gusman tahu kalau banyak informasi yang salah soal COVID, termasuk teori konspirasi yang beredar.

Awalnya ia tidak peduli jika ada yang percaya soal teori konspirasi. Tapi kini ia menjadi khawatir.

"Saya khawatir kalau informasi ini sampai ke orang-orang yang malas mencari tahu kebenaran atau membaca, seperti grup di WhatsApp," ujarnya kepada ABC Indonesia.

"Kemungkinan mereka untuk mencari informasi tandingan agak sulit … jadinya menelan bulat-bulat informasi yang terima di WhatsApp."

"Kasihan kalau informasi itu sampai ke orang seperti bapak saya ... gara-gara ada misinformasi takutnya tidak memaksimalkan ikhtiar dan malah jadi merugikan."

Hilangnya kepercayaan publik

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia mencatat 1.723 sebaran hoaks menyangkut soal vaksin dan COVID-19 sepanjang Januari hingga Juni 2021 di berbagai platform media sosial, terbanyak ditemukan di Facebook.

Menurut laporan terbaru yang dikeluarkan oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute, teori konspirasi global COVID-19, seringkali dikaitkan dengan sentimen anti-vaksin, anti Pemerintah Indonesia dan anti-China.

Penelitian yang berfokus pada pengguna TikTok di Indonesia tersebut juga menemukan kebanyakan pesan disebarkan oleh mikro-influencer keagamaan.

Dr Yatun Sastramidjaja, salah satu penulis laporan tersebut, mengatakan tren ini mengkhawatirkan.

"Alasan pertama, karena menunjukkan kegagalan kronis Pemerintah untuk mendapatkan kepercayaan publik," jelas Dr Yatun yang juga asisten profesor di University of Amsterdam.

“Ada [juga] ketidakpercayaan yang sudah lama soal motif pemerintah, yang terlihat memprioritaskan kepentingan elit daripada kepentingan masyarakat umum."

"Kedua, dalam iklim ketidakpercayaan, kebingungan, dan ketakutan yang berkembang, mikro-influencer religius dapat menawarkan rasa perlindungan kepada pengikut mereka, dengan cara memelihara keyakinan pada kekuatan agama yang melindungi dan rencana yang lebih besar dari Yang Mahakuasa."

Yanuar Nugroho, sosiolog di ISEAS menilai kondisi masyarakat yang rentan terhadap disinformasi salah satunya karena persepsi soal risiko di kepala masyarakat soal pandemi tidak terbentuk.

Menurutnya, di masa krisis seperti saat ini, Pemerintah bertanggung jawab menyampaikan persepsi risiko karena akan menentukan bagaimana masyarakat bersikap menghadapi virus corona.

"Mixed messages [pesan yang berbeda] itu enggak boleh. Kesalahan paling fatal pertama dari Pemerintah adalah bahwa pesan yang disampaikan ambigu, bahkan sampai detik ini."

Yanuar mencontohkan, pemerintah melarang mudik tetapi memperbolehkan warga ke tempat-tempat wisata.

"Atau imbauan jangan traveling dulu, tapi sekarang Garuda membuat promo: Terbang dengan Garuda, dapatkan vaksinasi gratis."

"Ini menurutku menunjukkan ketidakmampuan Pemerintah membangun persepsi risiko."

Menurutnya pesan yang berbeda-beda ini disebabkan karena Pemerintah sendiri tidak punya pemahaman, persepsi, dan satu suara tentang pandemi.

"Tentu saja ada banyak faksi di pemerintah, tapi tidak bisa tidak, dalam keadaan segenting ini, pemerintah perlu punya persepsi tunggal," katanya.

Kondisi yang dihadapi Indonesia saat ini, menurut Yanuar, adalah gabungan antara ketaatan masyarakat pada protokol kesehatan yang rendah dan pemerintah yang terus-menerus terlihat ragu, tidak bisa mengambil sikap, antara mendahulukan kesehatan atau ekonomi, atau politik.

Tak merasa sedang ada krisis

Epidemiolog Universitas Indonesia, Dr Pandu Riono menggunakan istilah yang lain.

Ia menyebut bahwa alih-alih mencapai 'herd immunity', Indonesia sudah mencapai 'herd stupidity'.

 "Istilah herd stupidity itu bermula ketika saya mengomentari orang yang mau mudik, enggak dilarang oleh pemerintah, masyarakatnya juga enjoy aja, malah pulang duluan, ada mudik tahap pertama, ada mudik yang gampang, yang susah, itu semua terjadi," kata Dr Pandu kepada ABC.

"Itulah herd stupidity, enggak ada yang punya perhatian atau sense of crisis."

Dr Pandu juga menyebut Pemerintah Indonesia tidak belajar, tidak mau belajar dan tidak mau mendengar pendapat para ahli dan pakar kesehatan masyarakat.

Menurut Dr Pandu, tidak tertutup kemungkinan 'stupidity' atau kebodohan ini juga terjadi di kalangan akademik.

"Kita itu ingin keajaiban, sampai mau dibohongi atau mau dibujuk untuk menggunakan obat cacing sebagai obat COVID, ini termasuk pejabat pemerintah yang mudah dibohongi dan malah meng-endorse obat cacing ini. Itu kan stupidity," tutur Dr Pandu.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Indonesia, Profesor Wiku Adisasmito menanggapi istilah 'herd stupidity' tersebut kepada ABC Indonesia.

"Kita perlu bersatu untuk melawan COVID-19," tegas Profesor Wiku.

"Kalaupun ada yang dinilai stupid, siapa yang dinilai pintar dalam menanganinya?" ujarnya kepada Hellena Souisa.

Profesor Wiku mengatakan Pemerintah Indonesia telah melakukan yang terbaik dan bertanggung jawab atas situasi pandemi COVID-19 saat ini.

Gusman mengatakan istilah 'herd stupidity' sebenarnya sedikit 'jahat', namun di satu sisi ia setuju.

"Setuju enggak setuju, tapi setujunya mungkin karena beberapa kalangan memang sudah bebal," ujarnya.

"Tapi untuk beberapa kalangan yang tidak percaya dengan COVID gara-gara ekonomi terdesak, saya juga tidak bisa menyalahkan mereka."

Kini telah kehilangan sang ayah, Gusman berharap agar orang-orang tidak langsung menyebarkan informasi yang belum tentu benar.

"Ketika ada informasi sampai, jangan ditelan bulat-bulat, jangan serta merta diyakini jika itu adalah kebenaran yang mutlak, harus dicari beberapa sumber," ujarnya.

"Tapi kalau memang malas buat mencari apakah info itu benar atau tidak, ya sudah jangan langsung diyakini atau disebarkan dulu."

"Simpan buat diri sendiri dulu saja."

Sumber: viva.co.id, abc.net.au    
Editor: Jandri






 
Berita Lainnya :
  • Dua Alumni SMA Olahraga Riau Atlet Ski Air Sabet 1 Emas dan 1 Perak di PON 2024
  • Bupati NatunaTerima Penghargaan Inovasi Membangun Negeri 2024 dari tvOne
  • Sebanyak 24 Pemilik Sasana Tinju di Kota Pekanbaru Dukung Edy-Bibra
  • Sadis, Pelaku Sekap Gadis Penjual Goreng dengan Mulut Tertutup Dibawa ke Atas Bukit, Diperkosa dan Dikubur
  • Dimangsa, Kepala Kakek 68 Tahun di Rohil Ditemukan Dalam Perut Buaya
  •  
    Komentar Anda :

     
    + Indeks Berita +
    01 Dua Alumni SMA Olahraga Riau Atlet Ski Air Sabet 1 Emas dan 1 Perak di PON 2024
    02 Bupati NatunaTerima Penghargaan Inovasi Membangun Negeri 2024 dari tvOne
    03 Sebanyak 24 Pemilik Sasana Tinju di Kota Pekanbaru Dukung Edy-Bibra
    04 Sadis, Pelaku Sekap Gadis Penjual Goreng dengan Mulut Tertutup Dibawa ke Atas Bukit, Diperkosa dan Dikubur
    05 Dimangsa, Kepala Kakek 68 Tahun di Rohil Ditemukan Dalam Perut Buaya
    06 Kapolda Apresiasi Cipayung Plus Riau Dukung Pilkada Damai-Gembira 2024
    07 Disergap Satnarkoba Polres Kampar, Warga Muara Jalai tidak Berkutik
    08 Bersama Personil TNI, Lapas KLS IIB Pasir Pengaraian Lakukan Perawatan Senjata Api
    09 Gedung Tiga Dinas di Komplek Perkantoran Pemko Pekanbaru Tenayan Raya Terbakar Hebat
    10 Tim Formatur Hasil Kongres II SMSI Rampungkan Penyusunan Kepengurusan Periode 2024-2029
    11 Kapolres Kampar Gelar Coffee Morning dengan KPU-Bawaslu serta Papaslon Bupati- Wakil Bupati Kampar
    12 Hafit Syukri: Pasangan Indah Sangat Cocok Pimpin Rohul
    13 KPU Kampar Gelar Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi dan Penetapan DPT Pilkada Serentak 2024
    14 Hukum Bank ASI Dalam Presfektif Hukum Islam
    15 11 Hari Pelarian, Pelaku Pembunuhan Gadis Penjual Goreng Akhirnya Ditangkap dan Digelandang Polisi
    16 KPU Kampar Gelar Rakor Persiapan Tahapan Kampanye dan Dana Kampanye Pilkada 2024
    17 DPRD Riau Periode 2024-2025 Bentuk 8 Fraksi, PPP dan PAN Bergabung
    18 HPN Tahun 2025 Ditetapkan di Provinsi Riau
    19 FKUB Pekanbaru Sambut Hangat Silaturrahmi Bapaslon Wako-Wawako IDAMAN
    20 KPU Riau Gelar Rakor Persiapan Kampanye dan Pengelolaan Dana Kampanye
    21 Digelar di MIN 3, Kasubbag TU Kemenag Buka Lomba Final Tahfizh Al-Qur’an Juz 30 Tingkat MI Se Pekanbaru
    22 Diskominfo Natuna Stuban ke Diskominfo Kota Bandung, Sharing untuk Peningkatan Tipe C ke B
     
    Redaksi | Indeks Berita
    Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik
    © SuluhRiau.com | Pencerahan Bagi Masyarakat