Demi Palestina, Sultan Abdul Hamid II Tolak Sogokan Rp3 Triliun dari Yahudi
Kamis, 20 Mei 2021 - 09:10:19 WIB
|
Sultan Abdul Hamid II. (Foto: Britannica)
|
SULUHRIAU - Palestina kini tengah menjadi sorotan. Pasalnya, konflik antara Palestina dengan Israel di Gaza kembali memanas. Korban jiwa banyak berjatuhan dari sisi Palestina.
Upaya Yahudi menguasai tanah Palestina sudah berlangsung sejak dulu. Salah satunya saat krisis Palestina mulai mengglobal dan menginternasional di masa modern pada saat pemerintahan Turki Utsmani, yaitu Sultan Abdul Hamid II.
Saat itu, para pemuka Yahudi dengan bantuan Inggris, berusaha keras untuk mewujudkan tempat bermukim bagi mereka di daerah Palestina. Mereka berupaya untuk memicu timbulnya krisis keuangan di Negara Ottoman atau Turki Utsmani. Demikian dikutip dari buku 10 Isu Global di Dunia Islam, karya Akhmad Jenggis P yang diterbitkan NFP Publishing.
Theodore Herzl, tokoh Zionis Yahudi saat itu yang sering dijuluki juga sebagai ‘the father of modern Zionism’, pada tahun 1902 datang kepada Sultan Abdul Hamid II dan menyodorkan sejumlah tawaran.
Tawaran yang diberikan ini bukan main-main. Pertama adalah paket hadiah sebesar 150 juta poundsterling untuk pribadi Sultan. Uang itu setara dengan Rp3 triliun sekarang ini, mengacu kurs Rp20.001 per poundsterling.
Selain itu, akan dibayarkan semua utang pemerintah Turki Utsmani yang saat itu mencapai 33 juta poundsterling, akan dibuatkan kapal induk untuk menjaga pertahanan pemerintahan Utsmani senilai 120 juta frank, akan diberikan pinjaman tanpa bunga sebesar 35 juta poundsterling dan akan dibangunkan sebuah universitas Utsmani di Palestina.
Tetapi, tawaran menggiurkan delegasi Yahudi itu ditolak oleh Sultan Abdul Hamid II. Melalui perdana menterinya, Tahsin Basya, Sultan menyampaikan pesan
“Nasehati Mr. Herzl, agar dia tidak terlalu serius menanggapi masalah ini. Sesungguhnya, saya tidak sanggup melepaskan kendati hanya satu jengkal tanah Palestina, sebab ini bukan milik pribadiku, tetapi milik rakyat. Rakyatku telah berjuang untuk memperolehnya sehingga mereka siram dengan darah mereka.
Silahkan Yahudi itu menyimpan kekayaan mereka yang milyaran itu. Bila pemerintahanku ini tercabik-cabik, saat itu baru mereka dapat menduduki Palestina dengan gratis. Adapun jika saya masih hidup, maka tubuhku terpotong-potong adalah lebih ringan ketimbang Palestina terlepas dari pemerintahanku."
Namun pada akhirnya keruntuhan Turki Utsmani ini pun terjadi, dan telah terbukti kebenarannya. Setelah Negara Kekhalifahan Turki Utsmani berhasil dirobohkan pada tahun 1924, Yahudi berhasil mewujudkan mimpinya dengan merampas Palestina dan mendirikan institusinya yang ditopang oleh negara-negara imperialis Inggris dan Amerika Serikat.
Sumber: okezone.com
Editor: Jandri
Komentar Anda :