PM Jepang Ingin Avigan Segera Disetujui Sebagai Obat Virus Corona
Rabu, 06 Mei 2020 - 11:56:13 WIB
SULUHRIAU- Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe mendorong penggunaan obat anti flu Avigan dalam perawatan virus corona, dan ingin obat itu disetujui sebagai pengobatan virus corona paling lambat akhir bulan ini.
Berbicara pada pertemuan komite eksekutif Partai Demokrat Liberal pada Senin (4/5/2020), Abe mengatakan bahwa dia ingin melihat Avigan menjadi obat resmi untuk virus corona setelah remdesivir.
AS baru-baru ini menyetujui remdesivir sebagai pengobatan virus corona dan obat itu diyakini juga akan disetujui di Jepang.
Diwartakan NHK, Avigan, yang dikembangkan oleh perusahaan Jepang sebagai obat anti-flu, menarik perhatian global sebagai kemungkinan pengobatan untuk virus corona. Namun, ada laporan bahwa obat itu memiliki efek samping yang dapat menyebabkan cacat lahir.
Avigan adalah nama merek untuk favipiravir dan telah digunakan dalam wabah flu dan pengobatan Ebola. Obat itu disetujui untuk digunakan di Jepang pada 2014, dan bekerja dengan memblokir kemampuan virus untuk bereplikasi di dalam sel.
Namun, penelitian yang dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa obat itu mempengaruhi perkembangan janin, yang berarti tidak boleh diberikan kepada wanita hamil. Beberapa dokter mengatakan mereka juga tidak akan merekomendasikannya untuk anak-anak atau remaja.
“Avigan telah menangani lebih dari 120 kasus dan kami menerima laporan bahwa itu efektif dalam mengurangi gejala virus corona baru,” kata Abe sebagaimana dilansir Daily Mail.
“Kami bermaksud untuk memperluas ke tingkat yang paling besar pemberiannya kepada pasien yang ingin meminumnya... Untuk memungkinkan itu, kami akan meningkatkan persediaan Avigan kami hingga tiga kali lipat dari level saat ini, cukup untuk merawat dua juta orang.”
Beberapa dokter mulai mencoba favipiravir untuk merawat pasien virus corona sejak dini, dengan alasan bahwa sifat anti-virusnya dapat diterapkan dalam pengobatan penyakit tersebut.
Beberapa hasil awal menyarankan obat ini dapat membantu mempersingkat waktu pemulihan bagi pasien, dengan kementerian sains dan teknologi China menyebutnya sebagai "hasil klinis yang sangat baik". (okz, jan)
Komentar Anda :