SULUHRIAU, Pekanbaru- Menjelang memperingati HUT RI ke 72, tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri melakukan serangkaian penangkapan terduga teroris.
Berawal sejak pekan lalu. Penangkapan ini dilakukan tidak lama setelah Polri berhasil memonitor informasi intelijen soal rencana aksi teror pada peringatan Hari Kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia, 17 Agustus mendatang.
Dari hasil monitor tersebut, aparat kepolisian menemukan rencana aksi teror yang telah disusun dalam sebuah grup percakapan di aplikasi tukar pesan Telegram. Aksi teror rencananya menggunakan bom botol rakitan dengan target anggota Polri atau TNI.
Bukan hanya di wilayah Pulau Jawa penangkapan terduga teroris dilakukan. Tetapi juga Sampai ke Sumatera, seperti Jambi dan Riau.
Bahkan, Senin 14 Agustus 2017, tim densus 88 menangkap pria berinsial AP, terduga teroris di persembunyian di wilayah Kabupaten Rohil, Riau.
Kemudian berlanjut ke Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau, diduga terduga teroris berkaitan dengan AP yang sudah diamankandi Rohil pada Senin sore pukul 16.30 WIB. Di Pekanbaru, rumah yang digerebek tim dari Densus 88 diback up aparat Polresta Pekanbaru beralamat di Perumahan Cendrawasih di Jalan Merpati Sakti, RT01 RW08, Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan.
Kapolresta Pekanbaru, Kombes Susanto membenarkan penggerebekan
terdga terroris di Pekanbaru. Namun dirinya tidak berkomentar banyak
soal itu. "Densus 88 Mabes nanti yang akan menjelaskan, mereka yang
punya datanya, kita (Polresta Pekanbaru, red) hanya back up," jawabnya.
Sejumlah barang-barang terduga teroris diamankan, seperti lapotop, buku-buku, CD, buku tabungan dan dokumen lainnya. Barang itu disita sebagai barang bukti terkait keterlibatan AP.
Penggerebekan terduga teroris di Riau ini merupakan hasil pengembangan usai tertangkapnya terduga teroris di Medan, Sumut beberapa waktu lalu..
Penggerebakan di Beberpa Wilayah Indonesia
Sementara itu, sepanjang pekan lalu, densus memulai penangkapan terduga teroris di Jambi, dengan menangkap dua orang pria berinisial S (38) dan R (39) di Desa Kasang Kumpeh, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muara, Jambi pada Kamis (10/8/2017) sore.
Keduanya ditangkap lantaran diduga melakukan penggalangan dana untuk mengirimkan orang ke daerah basis kelompok militan Maute di Marawi, Filipina. S dan R juga disebut pernah mempelajari cara merakit bom.
Keesokan harinya, Densus 88 menangkap seorang pria berinisial SPT (39) di Cluster Melia Grove, komplek perumahan premium Graha Raya, Serpong Utara, Tangerang Selatan, Banten pada Jumat (11/8/2017) pagi.
SPT disebut sebagai pencari dana bagi orang-orang yang ingin berangkat ke negara basis kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Suriah dan Filipina.
Sehari berselang, Densus 88 menangkap pria berinisial DG alias Odong alias Zamzam (34) di Perumahan Panorama, Sumedang, Jawa Barat pada Sabtu (12/8) pagi. DG diduga terlibat jaringan Jamaah Ansor Daullah (JAD) dan ikut salah satu pengajian pada 19 Mei lalu. pengajian itu diikutinya sebelum kejadian bom Kampung Melayu pada akhir Mei 2017.
Kemudian polisi menangkap dua orang terduga teroris berinisial G (24) dan AG (24) di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah pada Minggu (13/8/2017), sekira pukul 13.15 WIB. Sama seperti dua terduga teroris yang ditangkap di Jambi, G dan AG juga diduga terkait dengan penggalangan dana untuk mengirimkan orang ke daerah basis kelompok militan Maute di Marawi, Filipina. Dan di Riau, Senin (14/8/2017) dilakukan penangkapan di Kabupaten Rohil dan Pekanbaru.
Sementara itu, Pengamat terorisme dari Community of Ideological Islamic Analyst, Harits Abu Ulya, mengatakan, penangkapan enam orang terduga teroris yang dilakukan Densus 88 ini merupakan langkah pencegahan atas rencana aksi teror di peringatan Hari Kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia.
Menurutnya, Polri tidak mau kecolongan terhadap aksi sejumlah kelompok teror yang telah disusun sejak Juli 2017 silam."Langkah aparat saya lihat itu preventif tidak mau kecolongan. Sebagai antisipasi, aparat menyisir dan menangkap orang-orang yang diduga ada potensi melakukan serangan," kata Harits kepada
Menurut Harits, sejumlah terduga teroris yang mayoritas diduga berperan sebagai pencari dana untuk memberangkatkan orang ke Suriah dan Filipina ini tengah menghadapi sebuah kesulitan. Akses pintu masuk ke wilayah yang merupakan basis ISIS semakin sempit.
"Saya berharap aparat tetap harus cermat, data intelijen akurat biar tidak salah orang dalam penindakan, serta tetap konsisten pada criminal justice system yang ada dalam penindakan," ujarnya.
"Sering kali provokasi dan agitasi untuk melakukan serangan datang dari anonim-anonim yang tidak mudah untuk dipastikan apakah mereka benar pengikut ISiS atau permainan intelijen gelap," pungkas Harits.