Minat Prodi Agama Turun, PTKIN Harus Berinovasi
Kamis, 02 Februari 2017 - 10:39:20 WIB
SULUHRIAU, Jakarta- Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) diminta untuk mengembangkan inovasi guna menjawab menurunnya minat mahasiswa yang belajar pada program studi agama.
Penurunan ini menjadi tantangan PTKIN agar bisa segera diatasi. Sebab, PTKIN pada awalnya justru dibangun dengan ilmu-ilmu pokok keagamaan (ushuluddin).
"Justru saat ini kita membutuhkan expertise atau ilmuwan yang ahli dalam bidang ilmu hadis, perbandingan madzhab dan filsafat agama," ucap Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam peluncuran seleksi bersama masuk PTKIN di Indonesia melalui jalur Seleksi Prestasi Akademik Nasional (SPAN) dan Ujian Masuk (UM-PTKIN) di Kemenag, Jakarta, Rabu (1/2).
Diakui Lukman, minat masuk ke PTKIN terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejak dimulainya UM-PTKIN pada tahun 2010 dan SPAN-PTKIN 2013, pendaftar terus meningkat. Pendaftar UM-PTKIN 2010 sekitar 8.845 menjadi 53.637 pada tahun 2012. Peminat ini terus meningkat pada tahun 2013 hingga mencapai 57.448. Tahun 2015, peminat PTKIN mencapai 79.643 pendaftar SPAN dan UMPTKIN. Sedang pada tahun 2016, jumlah pendaftar SPAN menembus 129.327, dan UM PTKIN sejumlah 79.768. Dari jumlah tersebut, mahasiswa yang diterima melalui jalur SPAN berjumlah 63.601 dan UMPTKIN berjumlah 41.209 orang.
Sayangnya, peningkatan minat masuk PTKIN ini tidak ikuti dengan minat masuk prodi agama. Lukman mengaku, sedih mendengar informasi bahwa program studi filsafat agama, ilmu hadis, dan perbandingan agama menjadi prodi menempati posisi terendah.
"Ini tentu merupakan keprihatinan kita bersama karena PTKIN dulu dibangun dengan ilmu-ilmu pokok ini. Kini justru menjadi ilmu yang termarginalkan," ucap Menag.
Untuk itu, dia menilai, perlu ada inovasi bagaimana caranya agar SPAN UMPTKIN tidak saja menyuburkan banyaknya peminat ilmu-ilmu umum atau yang sedang laku di pasaran, namun juga memikirkan dan menghidupakan kajian-kajian strategis dalam bidang Islamic Studies.
Menag memandang perlu adanya riset yang lebih mendalam terkait masa depan PTKIN. Menurutnya, transformasi kelembagaan menuju UIN satu sisi meningkatkan animo masyarakat masuk PTKIN, namun pada saat yang sama inputnya tidak lagi didominasi alumni madrasah. Bahkan, berdasakan riset sementara (preliminary research), sebagian mereka tidak dapat membaca Alquran dengan baik. "Apalagi membaca kita kuning (classical sources) yang merupakan ciri khas alumni PTKIN," pungkasnya.
sumber: Kemenag.go.id
Komentar Anda :