China Bukan Hanya Incar Ikan di Perairan Natuna, Tapi Juga Potensi Besar Lainya
Senin, 18 Juli 2016 - 08:24:47 WIB
|
Foto dikutip dari detik.com
|
JAKARTA, Suluhriau- Perairan Natuna, wilayah terluar yang terletak di ujung utara-barat Indonesia, kini sedang diincar oleh China. Sebanyak 30% perairan Natuna termasuk dalam 'nine dash line', atau 9 garis batas di Laut Cina Selatan yang diklaim China sebagai wilayahnya.
Ketika ada kapal nelayan China yang ditangkap TNI Angkatan Laut karena mencuri ikan pada Mei dan Juni lalu, pemerintah China membela nelayannya dengan argumen, perairan Natuna termasuk sebagai 'wilayah penangkapan tradisional' mereka.
Kemenko Maritim dan Sumber Daya menyatakan, Indonesia harus sangat waspada dengan pelanggaran kedaulatan yang dilakukan oleh China ini. Perairan Natuna adalah wilayah yang kaya, bukan hanya ikan saja yang diincar China dari kawasan ini.
Dalam peta sembilan garis batas di Laut Cina Selatan yang diklaim China sebagai wilayahnya, ladang gas terbesar milik Indonesia, yaitu Blok East Natuna (dahulu bernama Natuna D-Alpha), termasuk di dalamnya.
Selain mengincar kekayaan ikan dan migas di Natuna, China juga ingin mengeruk keuntungan dari potensi pariwisata. Negeri tirai bambu itu juga mau menggunakan kawasan Natuna untuk kepentingan pertahanan.
"Bukan hanya ikan (yang diincar), kita lihat petanya. Ada kekayaan migas, potensi pariwisata, dan juga untuk pertahanan. Jadi ada 4 yang diincar. Kalau kita lihat peta wilayah yang diklaim China, ini Natuna D-Alpha ikut. Natuna D-Alpha itu punya cadangan gas yang bisa diambil 46 TCF (triliun kaki kubik), terbesar yang ditemukan selama 130 tahun kegiatan migas kita," kata Tenaga Ahli Bidang Migas Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Haposan Napitupulu, kepada detikFinance di Jakarta, Jumat (15/7/2016).
Haposan menjelaskan, Blok East Natuna memiliki cadangan gas hingga 46 TCF, empat kali lipat cadangan di Blok Masela. Sepanjang sejarah kegiatan eksplorasi migas di Indonesia, belum pernah ditemukan lagi cadangan gas sebesar itu.
"Selama ini kita belum pernah menemukan yang sebesar itu. Ini ditemukan tahun 1973, hampir setengah abad kita tidak pernah menemukan yang lebih besar lagi. Masela yang kita ribut-ributkan kemarin itu hanya seperempatnya. Tangguh, Duri, lebih kecil lagi," ucapnya.
Di samping Blok East Natuna, China juga mengklaim Lapangan Dara, salah satu lapangan di Blok Sokang, yang memiliki cadangan gas sekitar 6 TCF.
"Ada lagi (selain Blok East Natuna), namanya Lapangan Dara, salah satu lapangan di Blok Sokang. Cadangan gasnya sekitar 6 TCF, kira-kira separuhnya Tangguh. Ini ditemukan tahun 2000," ungkap Haposan.
Agar Blok East Natuna maupun Lapangan Dara tak disambar China, Indonesia harus segera mengembangkannya. Memang tak mudah, ada berbagai kendala untuk pengembangan Blok East Natuna, terutama masalah keekonomian dan teknologi. Tapi, menurut Haposan, sebaiknya pertimbangan keekonomian dikesampingkan dulu demi kedaulatan nasional.
"Seharusnya Natuna D-Alpha ini segera dikembangkan. Kandungan CO2 yang tinggi memang membuat biaya investasinya tinggi. Memang biaya untuk mengembangkannya mahal dan gas baru mengalir 5-10 tahun, tapi ya harus dimulai. Selama pembangunan kan banyak orang kerja di sana, ada aktivitas, ada kegiatan. Jadi mereka (China) mikir juga kalau mau mengklaim, ada kegiatan. Saat tahap produksi juga ada kegiatan, ada helikopter bolak-balik, ada segala macam. Kalau sekarang kan kosong, seharusnya pemerintah berpikir bukan hanya segi komersialitas, tapi juga kedaulatan negara, jangan hanya berpikir komersialnya saja," pungkasnya.
sumber: detik.com|editor: Jandri
Komentar Anda :